BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, diperkirakan memiliki sekitar 40.000
spesies tanaman, diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies tanaman berkhasiat
obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat
tradisional. Obat tradisonal adalah bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sari atau galenik, atau campuran bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (Wasito, 2011:1).
Obat tradisional
telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dalam menjaga kesehatan dan
sebagai alternatif dalam mengobati penyakit yang diderita. Masyarakat mulai
menyadari bahwa terdapat beberapa kelebihan dari tanaman obat seperti efek
samping yang relatif lebih kecil
dibandingkan obat sintetik, harga yang
lebih terjangkau, dan ketersediaan bahan yang mudah ditemukan (Wasito, 2011:1-18).
Salah
satu tanaman yang bisa dijadikan
sebagai obat tradisional di masyarakat adalah mahkota
dewa (Phaleria
macrocarpa), berdasarkan bukti empiris tanaman mahkota dewa berkhasiat
dalam mengobati penyakit antara lain kanker, disentri,
psoriasis, eksim,
dan jerawat. Mahkota dewa memiliki kandungan
kimia yang kaya, dalam daun dan kulit buahnya terkandung alkaloid, saponin, dan
flavonoid (Departemen Kesehatan, 1999).
Kandungan
flavonoid berperan untuk
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya
penyumbatan pembuluh darah, antiinflamasi dan analgetik (Dalimartha, 2003:64-65). Senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun mahkota dewa
adalah flavonol dan diduga
memiliki efek analgetik (Juwita dan Ratna, 2006 http://jifi.ffup.org/wp-content/uploads/2009/12/4.-fulltexPDF8.pdf).
Masyarakat
umumnya menggunakan mahkota dewa sebagai obat tradisional dengan cara dicuci,
direbus dengan air lalu
diminum. Cara ini di bidang kefarmasian
mirip dengan metode penyarian senyawa aktif dari tanaman yaitu infusa. Selain itu,
infusa digunakan karena pelarut dari sediaan ini yaitu air dapat melarutkan
senyawa flavonoid yang dalam hal ini diduga dapat memberikan efek analgetik
(Robinson, 1995 :196). Infusa adalah sediaan yang dibuat dengan menyari atau merebus simplisia nabati dengan air pada suhu 90° C selama
lima belas menit (Depkes RI, 1979:12).
Beberapa penelitian tentang
pemanfaatan tanaman tradisional sebagai analgetik
pun sudah ada, diantaranya
menggunakan daun seledri, daun sukun, dan kelopak bunga rosella. Dari
penelitian-penelitian tersebut didapat hasil yang cukup baik (Chintya, 2010; Istyaningsih dan Agustina,
2011)
Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun
2012 menyatakan bahwa ekstrak daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) dapat
disimpulkan memiliki efek analgetik terhadap mencit (Mus musculus) (Tone Dinar S., Wuisan Jane, Mambo Christi, 2012 http://www.ejournal.unsrat.ac.id).
Analgetik
atau obat penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
(Tjay dan Kirana, 2007:313-315).
(Tjay dan Kirana, 2007:313-315).
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan (Prasetyo,2010:2).
Rasa
nyeri menjadi salah satu penyebab paling sering pasien datang berobat ke dokter. Hasil penelitian WHO
yang melibatkan lebih dari 25.000 pasien dari 14 negara menunjukkan 22% pasien menderita
nyeri minimal selama 6 bulan. Pada populasi orang tua, prevalensi nyeri
meningkat menjadi 50% (Marazziti et. al, 2006 http://www.cpementalhealth.com/content/2/1/31).
Ditinjau
dari data statistik penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan di Provinsi
Lampung pada tahun 2012, diketahui 31,67% penduduk Lampung mengalami keluhan kesehatan
tiap satu bulannya, diantaranya disertai keluhan nyeri seperti demam 10,10%, sakit
kepala 5,22%, sakit gigi 1,59%, dan sesak nafas 0,99%
(Data Kesejahteraan Rakyat, 2012
http://lampung.bps.go.id/publikasi//buku/kaker2012/files/assets/basichtml/page68.html).
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Efektifitas Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) sebagai Analgetik pada Mencit
Putih (Mus musculus)”.
B.
Rumusan
Masalah
Bardasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah
1.
Apakah
infusa daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) efektif sebagai
analgetik pada mencit putih (Mus musculus)?
2.
Berapakah konsentrasi infusa daun mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa)
yang paling optimal dalam memberikan efek analgetik?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
umum
Diketahuinya
efektifitas infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai
analgetik pada mencit putih (Mus
musculus).
2.
Tujuan
khusus
a. Mengetahui
kemampuan analgetik dari infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan
konsentrasi 10%, 20 % dan
30% pada mencit putih (Mus musculus).
b. Mengetahui perbedaan bermakna infusa daun mahkota
dewa (Phaleria
macrocarpa) pada konsentrasi 10%,
20 % dan 30% dibandingkan dengan asam mefenamat (obat
analgetika sintetik)
dalam memberikan efek analgetik.
c.
Mengetahui efektifitas infusa daun
mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) sebagai analgetik bila
dibandingkan asam mefenamat.
D.
Manfaat
Penelitian
Hal
yang diharapkan dari hasil penelitian
ini adalah:
1.Bagi Institusi
Menambah
pustaka dan informasi bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Tanjung Karang khususnya
Jurusan Farmasi tentang kemampuan analgetik infusa daun daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) pada mencit putih (Mus musculus).
2.Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada
masyarakat berupa konsentrasi daun
mahkota dewa yang efektif digunakan sebagai obat pereda rasa sakit atau nyeri
(analgetik) dan perbandingannya dengan obat sintetik.
3.
Bagi
Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Tanjung Karang
Jurusan
Farmasi, khususnya ilmu pengetahuan dibidang Farmakologi dan
Farmakognosi dengan memanfaatkan daun mahkota dewa sebagai analgetik.
E.
Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup
penelitian ini adalah membandingkan
efektifitas infusa daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) dengan
konsentrasi 10%, 20%, dan 30%
dengan sediaan suspensi asam mefenamat sebagai analgetik pada mencit putih (Mus musculus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar