Minggu, 05 Oktober 2014

mahkota dewa sebagai analgetik pada mencit



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, diperkirakan memiliki sekitar 40.000 spesies tanaman, diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies tanaman berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. Obat tradisonal adalah bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sari atau galenik, atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Wasito, 2011:1).    
Obat tradisional telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dalam menjaga kesehatan dan sebagai alternatif dalam mengobati penyakit yang diderita. Masyarakat mulai menyadari bahwa terdapat beberapa kelebihan dari tanaman obat seperti efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan obat sintetik, harga yang lebih terjangkau, dan ketersediaan bahan yang mudah ditemukan  (Wasito, 2011:1-18).
Salah satu tanaman yang bisa dijadikan sebagai obat tradisional di masyarakat adalah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), berdasarkan bukti empiris tanaman mahkota dewa berkhasiat dalam mengobati penyakit antara lain kanker, disentri, psoriasis, eksim, dan jerawat. Mahkota dewa memiliki kandungan kimia yang kaya, dalam daun dan kulit buahnya terkandung alkaloid, saponin, dan flavonoid (Departemen Kesehatan, 1999).
Kandungan flavonoid berperan untuk melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah, antiinflamasi dan analgetik (Dalimartha, 2003:64-65). Senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun mahkota dewa adalah flavonol dan diduga memiliki efek analgetik (Juwita dan Ratna, 2006 http://jifi.ffup.org/wp-content/uploads/2009/12/4.-fulltexPDF8.pdf).
Masyarakat umumnya menggunakan mahkota dewa sebagai obat tradisional dengan cara dicuci, direbus dengan air lalu diminum. Cara ini di bidang kefarmasian mirip dengan metode penyarian senyawa aktif dari tanaman yaitu infusa. Selain itu, infusa digunakan karena pelarut dari sediaan ini yaitu air dapat melarutkan senyawa flavonoid yang dalam hal ini diduga dapat memberikan efek analgetik (Robinson, 1995 :196). Infusa adalah sediaan yang dibuat dengan menyari atau merebus simplisia nabati dengan air pada suhu 90° C selama lima belas menit (Depkes RI, 1979:12).
Beberapa penelitian tentang pemanfaatan tanaman tradisional sebagai analgetik pun sudah ada, diantaranya menggunakan daun seledri, daun sukun, dan kelopak bunga rosella. Dari penelitian-penelitian tersebut didapat hasil yang cukup baik (Chintya, 2010; Istyaningsih dan Agustina, 2011)
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2012 menyatakan bahwa ekstrak daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat disimpulkan memiliki efek analgetik terhadap mencit (Mus musculus) (Tone Dinar S., Wuisan Jane, Mambo Christi, 2012 http://www.ejournal.unsrat.ac.id).
Analgetik atau obat penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
(T
jay dan Kirana, 2007:313-315).
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Prasetyo,2010:2).
Rasa nyeri menjadi salah satu penyebab paling sering pasien datang berobat ke dokter. Hasil penelitian WHO yang melibatkan lebih dari 25.000 pasien dari 14 negara menunjukkan 22% pasien menderita nyeri minimal selama 6 bulan. Pada populasi orang tua, prevalensi nyeri meningkat menjadi 50% (Marazziti et. al, 2006 http://www.cpementalhealth.com/content/2/1/31).
Ditinjau dari data statistik penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan di Provinsi Lampung pada tahun 2012, diketahui 31,67% penduduk Lampung mengalami keluhan kesehatan tiap satu bulannya, diantaranya disertai keluhan nyeri seperti demam 10,10%, sakit kepala 5,22%, sakit gigi 1,59%, dan sesak nafas 0,99% (Data Kesejahteraan Rakyat, 2012 http://lampung.bps.go.id/publikasi//buku/kaker2012/files/assets/basichtml/page68.html).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Uji Efektifitas Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai Analgetik pada Mencit Putih (Mus musculus).
B.    Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
1.    Apakah infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) efektif sebagai analgetik pada mencit putih (Mus musculus)?
2.     Berapakah konsentrasi infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang paling optimal dalam memberikan efek analgetik?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan umum
Diketahuinya efektifitas infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai analgetik pada mencit putih (Mus musculus).
2.      Tujuan khusus
a.    Mengetahui kemampuan analgetik dari infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 10%, 20 % dan 30%  pada mencit putih (Mus musculus).
b.    Mengetahui perbedaan bermakna infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) pada konsentrasi 10%, 20 % dan 30% dibandingkan dengan asam mefenamat (obat analgetika sintetik) dalam memberikan efek analgetik.
c.    Mengetahui efektifitas infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai analgetik bila dibandingkan asam mefenamat.



D.      Manfaat Penelitian
Hal yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1.Bagi Institusi
Menambah pustaka dan informasi bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjung Karang khususnya Jurusan Farmasi tentang kemampuan analgetik infusa daun daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) pada mencit putih (Mus musculus).
2.Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat berupa konsentrasi daun mahkota dewa yang efektif digunakan sebagai obat pereda rasa sakit atau nyeri (analgetik) dan perbandingannya dengan obat sintetik.
3.    Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjung Karang Jurusan Farmasi, khususnya ilmu pengetahuan dibidang Farmakologi dan Farmakognosi dengan memanfaatkan daun mahkota dewa sebagai analgetik.

E.   Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah membandingkan efektifitas infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dengan sediaan suspensi asam mefenamat sebagai analgetik pada mencit putih (Mus musculus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar